Beranda | Artikel
Mulianya Ilmu dan Ahli Ilmu
Senin, 19 Agustus 2024

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Mulianya Ilmu dan Ahli Ilmu adalah kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. dan Ustadz Maududi Abdullah, Lc. pada Ahad, 13 Safar 1446 H / 18 Agustus 2024 M.

Kajian Tentang Mulianya Ilmu dan Ahli Ilmu

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Ingatlah ketika Allah berfirman kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata, ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.`” (QS. Al-Baqarah [2]: 30).

Allah kemudian ingin memperlihatkan hikmah diciptakannya Nabi Adam.

وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam seluruh nama, kemudian memperlihatkan kepada para Malaikat lalu berfirman: ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama itu semua jika kamu mamang orang-orang yang benar!`” (QS. Al-Baqarah [2]: 31)

قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

“Mereka menjawab: ‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.`” (QS. Al-Baqarah[2]: 32)

Tampaklah kepada para malaikat hikmah diciptakannya Nabi Adam. Allah menciptakan Nabi Adam untuk ilmu, dan Allah memuliakan Nabi Adam dengan ilmu. Allah mengajarkan seluruh nama kepada Nabi Adam ‘Alaihis Salam. Lalu, Allah berfirman kepada para malaikat:

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا…

“Ingatlah ketika Kami berkata kepada para malaikat, ‘Sujudlah kalian kepada Adam,’ maka mereka pun sujud.” (QS. Al-Baqarah [2]: 34).

Ini menunjukkan bahwa dengan ilmu, manusia menjadi mulia, bahkan lebih mulia dari malaikat. Sebaliknya, tanpa ilmu, manusia menjadi hina, bahkan lebih hina daripada binatang ternak.

Allah Ta’ala berfirman dalam surah Al-A’raf ayat 179:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

“Sungguh, Kami telah mempersiapkan untuk neraka Jahannam itu penduduk-penduduknya. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga, tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf [7]: 179)

Allah menjelaskan sifat-sifat penduduk neraka Jahannam. Mereka tidak menggunakan alat-alat yang telah Allah sediakan. Hati mereka tidak digunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, melainkan hanya untuk memikirkan syahwat dan kesenangan dunia saja. Mata mereka tidak digunakan untuk melihat ayat-ayat Allah, melainkan hanya untuk memuaskan pandangan nafsu. Telinga mereka tidak digunakan untuk mendengarkan ayat-ayat Allah. Allah mengatakan bahwa orang-orang seperti ini bagaikan binatang ternak, bahkan lebih sesat.

Binatang ternak masih lebih baik, mereka tidak memiliki akal, tapi punya insting. Misalnya, jika seseorang memberikan narkoba kepada ayam, ayam itu tidak akan memakannya karena dengan instingnya, ia tahu itu berbahaya. Sementara manusia, meskipun tahu sesuatu itu berbahaya, tetap mengonsumsinya. Ini menunjukkan bahwa mereka lebih sesat daripada binatang ternak.

Oleh karena itu, dengan ilmu manusia menjadi lebih mulia, bahkan lebih mulia dari malaikat. Sebaliknya, tanpa ilmu, manusia menjadi lebih rendah daripada binatang ternak. Sekarang, tinggal memilih, apakah kita ingin menjadi lebih mulia dari malaikat atau lebih hina daripada binatang ternak.

Ini adalah keutamaan yang luar biasa. Oleh karena itu, anjuran Allah dalam Al-Qur’an dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits sangat banyak mengenai pentingnya menuntut ilmu.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

… قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ…

“Katakanlah, ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’” (QS. Az-Zumar [39]: 9).

Ini adalah sebuah pertanyaan dari Allah yang tidak memerlukan jawaban, karena jawabannya sudah sangat jelas. Pertanyaan ini dimaksudkan untuk menggugah pikiran kita. Allah seakan-akan berkata, “Jika kamu tahu bahwa mereka tidak sama, maka bagaimana seharusnya kamu bersikap?” Jawabannya adalah, seharusnya kita menjadi orang yang berilmu.

Tidak ada yang ingin disebut bodoh, semua orang senang jika disebut berilmu. Hal ini sudah terpatri dalam jiwa kita bahwa tidak mungkin sama antara orang yang berilmu dengan orang yang bodoh. Ini memberikan motivasi kepada kita untuk menuntut ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah juga berfirman:

…يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ…

“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah [58]: 11).

Kata Ibnu Abbas, ayat ini berarti bahwa Allah mengangkat derajat orang yang berilmu jauh di atas orang yang beriman.

MasyaAllah.. Mana yang lebih baik: seorang ulama yang ibadahnya biasa saja atau orang yang ahli ibadah tapi tidak memiliki ilmu? Semua sepakat bahwa ulama lebih baik. Hal ini disebutkan dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ketika itu, Rasulullah ditanya oleh seorang sahabat, sebagaimana disebutkan oleh Al-Khatib Al-Baghdadi dalam kitab Al-Faqih wal-Mutafaqqih dengan sanad yang dhaif, namun ada beberapa jalur yang saling menguatkan sehingga hadits ini menjadi hasan.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditanya oleh seorang sahabat, “Wahai Rasulullah, aku memiliki dua teman. Yang satu adalah seorang alim dan dia mengajarkan ilmunya, sedangkan yang satu lagi ahli ibadah tetapi tidak memiliki ilmu. Mana yang lebih utama?” Rasulullah menjawab,

فَضْلُ اْلعَالِمِ عَلَى اْلعَابِدِ كَفَضْلِيْ عَلَى اَدْنَاكُمْ

“Keutamaan seorang alim dibandingkan dengan ahli ibadah itu seperti keutamaanku dibandingkan dengan orang yang paling rendah derajatnya di antara kalian.”

Kita semua tahu bagaimana keutamaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Subhanallah, ini menunjukkan keistimewaan orang yang berilmu.

Dalam riwayat Imam Ahmad, dengan lafadz,

فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ

“Keutamaan seorang alim dibandingkan dengan ahli ibadah itu seperti keutamaan bulan dibandingkan dengan bintang-bintang.” (HR. Ahmad)

Mengapa demikian? Karena bulan menerangi tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk manusia. Di malam yang sangat gelap, ketika ada cahaya rembulan membuat kita bisa melihat jalan, sedangkan bintang hanya menerangi dirinya sendiri.

Allah memuliakan Nabi Adam lebih dari makhluk lainnya karena ilmu. Seperti yang disebutkan dalam ayat yang telah dibacakan, “Allah mengajarkan kepada Nabi Adam seluruh nama-nama,” Allah memberikan ilmu kepadanya, sehingga Allah memuliakan Nabi Adam. Maka wahai Muslim yang ingin berhias, berhiaslah dengan sesuatu yang tetap bersamamu meskipun engkau berada di dalam toilet. Hiasilah dirimu dengan ilmu.

Allah tidak memuliakan Nabi Adam karena pakaian, jabatan, harta, atau keturunannya—sebab saat itu belum ada jabatan atau keturunan bagi Nabi Adam. Namun, Allah memuliakan Nabi Adam karena ilmu yang ada padanya. Banyak orang di zaman sekarang yang sibuk mencari perhiasan duniawi, yang mereka lepaskan saat memasuki kamar mandi. Akan tiba hari di mana engkau tak berbaju, tak bersepatu, tak ada pangkat atau jabatan yang menemanimu. Satu-satunya perhiasan yang bisa engkau bawa ke hadapan Allah adalah ilmu.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Dengarkan dan Download Kajian Mulianya Ilmu dan Ahli Ilmu

Jangan lupa untuk turut menyebarkan kebaikan dengan membagikan link kajian “Mulianya Ilmu dan Ahli Ilmu” ini ke media sosial Antum. Semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan Antum semua.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54394-mulianya-ilmu-dan-ahli-ilmu/